Bahaya Facebook terhadap Seorang Blogger

Banyak Blogger tidak sadar akan bahaya Facebook terhadap dirinya, dalam hal ini terhadap blognya sendiri. Dan sudah tidak sedikit jumlah korban yang berjatuhan. Kenapa?


Jika anda ingin menjadi seorang Blogger yang produktif
Jangan terjebak terlau lama dengan situs jejaring sosial seperti Facebook. Karena efeknya, anda akan keracunan main-main tidak jelas seperti umumnya para Facebooker, yang kerjanya hanya jual tampang. Selalu hadir, sibuk kirim foto, share video, menulis dan komentar hal-hal yang tidak perlu. Sementara blog anda, menjadi tidak terurus. Bahkan pada kebanyakan kasus, Blogger yang akhirnya lebih sering mangkal di Facebook ketimbang di blognya sendiri, biasanya karena kehabisan ide, bingung dan tidak tahu harus melakukan apa lagi di blognya sendiri. Lalu melarikan diri ke Facebook. Atau bisa juga dengan niat, ingin melakukan piknik secara virtual, siapa tahu, sesudahnya akan mendapat inspirasi baru untuk posting di blog. Tapi faktanya, hasilnya berlawanan. Mereka, semakin terlena di Facebook. Dan semakin tidak bergairah untuk membenahi blognya sendiri

Pesan saya
Jadikan Facebook sebagai area promosi yang produktif untuk blog anda
Tapi dengan catatan, jangan melakukan spamming
Pastikan postingan yang anda share, memang konten yang relevan dengan jaringan pertemanan, fan page dan grup yang anda ikuti. Lalu kehadiran anda disana, bukan hanya sekedar meluncurkan link lalu sesudahnya langsung melarikan diri. Tanggapilah mereka yang komentar terhadap link postingan anda. Berinteraksilah dengan mereka sesuai topiknya. Jika tidak, maka share link yang anda lakukan, hanya akan dianggap sebagai spam oleh robot.

Selain itu
Jadikan Facebook hanya sebagai ventilasi psikis anda dari kesumpekkan. Sebagai tempat melenturkan ketegangan. Tapi setelah suasana hati dan mood anda cair, cepat kembali ke blog anda. Jika tidak, aksi main-main itu akan berubah menjadi sebuah kecanduan tiada ujung.

Lalu siapa Blogger yang sering terjebak main-main di Facebook?
Sehingga blognya sendiri sering menjadi terbengkalai?
Siapa lagi kalau bukan saya