Siapapun yang bergulat dengan warna, tanpa disadari sudah menggunakan lingkaran warna Brewster. Karena teorinya, sudah mencakup semua warna yang ada.
Lalu apa itu Teori Warna Brewster?
Nama teori ini diambil dari nama penggagasnya sendiri, yaitu Sir David Brewster, seorang Fisikawan Scotlandia. Teori ini dikemukannya pada tahun 1831. Inti dari teorinya adalah, bahwa meskipun jumlah warna bisa menjadi tak terhingga, tapi semua itu bisa diringkas menjadi beberapa kelompok atau kategori. Brewster menyimpulkan ada 4 kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier dan netral. Bagaimana pun hasil pencampuran berbagai warna, akhirnya bisa dilacak asal usulnya menjadi 4 kelompok tersebut. Berikut contoh keempat dari kelompok warna tersebut:
Kelompok Warna Primer
(Merah - Kuning - Biru)
Kelompok Warna Sekunder
(Orange - Hijau - Ungu)
Kelompok Warna Tersier
Kelompok Warna Netral
(Putih - Hitam)
Bila semua kelompok warna diatas digabung menjadi satu, maka bagannya akan tampak seperti di bawah ini:
Meskipun sepanjang sejarah cukup banyak para ahli yang meluncurkan teori tentang warna, mulai dari Abad Yunani Kuno hingga sekarang, tapi boleh dikatakan, bahwa Teori Warna Webster adalah yang paling populer dan paling banyak digunakan, baik di kalangan akademisi maupun para pelaku desain. Apalagi konsep lingkaran warna yang digagas Webster, telah membantu banyak orang memahami kelompok warna secara sistematis. Bahkan juga telah memudahkan siapapun yang ingin memahami relasi antar warna seperti warna analogus, warna cromatis dan warna komplementer. Semua, sudah tersimpul dalam satu peta warna yang disebut dengan istilah Lingkaran Warna Brewster.