Meskipun sepintas terlihat gampang
Tapi jangan lupa, untuk menjadi blogger copas itu juga tidak mudah.
Selain harus rajin dan mahir memburu jurus-jurus baru dalam mencuri, menghack, dan mengibuli pemilik karya yang menjadi target copas, tapi dibalik semua itu, ada syarat lain yang teramat berat. Apa itu? Mari kita lanjutkan pada alinea berikut.
Syarat yang paling sulit untuk menjadi Blogger Copas proffesional adalah, memutuskan urat malu. Karena urat malu itu adalah benteng integritas terakhir mental kepribadian seseorang. Disitulah bersarang kepedulian internal seseorang. Tidak tertulis, tapi terasa. Halus. Abstrak tak terjamah. Tapi berlaku dimana-mana. Itulah hukum pergaulan hakiki antar sesama manusia. Rasa malu untuk mencoreng integritas diri. Ini yang sulit untuk dilakukan.
Anjuran untuk memutus urat malu, biasanya dilakukan berkenaan dengan motivasi diri. Motivasi untuk berprestasi. Untuk berkarya. Untuk percaya diri dengan karya sendiri. Bahkan untuk menjadi diri sendiri. Untuk menjadi pribadi otentik. Itu yang lazim disyiarkan dalam kotbah-kotbah motivasi. Bukan memutus urat malu untuk memompa mental pecundang, apalagi mental maling.
Maka disnilah kehebatan seorang Blogger Copas.
Mereka bisa bahkan dengan gampang memutus urat malunya untuk maling. Tidak malu untuk mencuri karya kreatif orang lain. Bahkan juga sanggup memasang muka tembok untuk mencuri karya teman sendiri. Tetap bangga di pentas publik sambil memperagakan hasil curiannya. Tetap hepi jingkrak-jingkrak sambil berkata: “Hahaha ... saya berhasil lho mencuri disana sini. Padahal sudah diprotect lho. Tapi gua tetap bisa. Hebat kan?”
Tapi jangan lupa, untuk menjadi blogger copas itu juga tidak mudah.
Selain harus rajin dan mahir memburu jurus-jurus baru dalam mencuri, menghack, dan mengibuli pemilik karya yang menjadi target copas, tapi dibalik semua itu, ada syarat lain yang teramat berat. Apa itu? Mari kita lanjutkan pada alinea berikut.
Syarat yang paling sulit untuk menjadi Blogger Copas proffesional adalah, memutuskan urat malu. Karena urat malu itu adalah benteng integritas terakhir mental kepribadian seseorang. Disitulah bersarang kepedulian internal seseorang. Tidak tertulis, tapi terasa. Halus. Abstrak tak terjamah. Tapi berlaku dimana-mana. Itulah hukum pergaulan hakiki antar sesama manusia. Rasa malu untuk mencoreng integritas diri. Ini yang sulit untuk dilakukan.
Anjuran untuk memutus urat malu, biasanya dilakukan berkenaan dengan motivasi diri. Motivasi untuk berprestasi. Untuk berkarya. Untuk percaya diri dengan karya sendiri. Bahkan untuk menjadi diri sendiri. Untuk menjadi pribadi otentik. Itu yang lazim disyiarkan dalam kotbah-kotbah motivasi. Bukan memutus urat malu untuk memompa mental pecundang, apalagi mental maling.
Maka disnilah kehebatan seorang Blogger Copas.
Mereka bisa bahkan dengan gampang memutus urat malunya untuk maling. Tidak malu untuk mencuri karya kreatif orang lain. Bahkan juga sanggup memasang muka tembok untuk mencuri karya teman sendiri. Tetap bangga di pentas publik sambil memperagakan hasil curiannya. Tetap hepi jingkrak-jingkrak sambil berkata: “Hahaha ... saya berhasil lho mencuri disana sini. Padahal sudah diprotect lho. Tapi gua tetap bisa. Hebat kan?”